Selasa, 24 Februari 2009

Perlu Pendidikan Lalu Lintas

Tingginya kasus kecelakaan lalulintas mesti harus disikapi. Bukan asal terjual laris roda-roda kendaraan. Bukan pula jalannya dipermulus. Satu solusi yang ditawarkan adalah pendidikan berlalu lintas.
Banyak pengendara - khususnya di kota-kota kecil - yang tidak layak mengendarai kendaraan di jalan raya. Entah siapa dia! Perawan pabrik atau anak-anak sekolahan. Lihat saja, kadang ada pengendara yang berjalan pelan dengan santainya di ruas tengah. Kadang ada pengendara yang nyalip dengan kecepatan yang lebih tinggi sedikit daripada yang disalib, lalu tiba-tiba setelah nyalip langsung zigzag ke depan yang disalip. Yang disalip pun kalang kabut injak rem. Ada lagi, pengendara menyalakan lampu zen ke kiri atau ke kanan sepanjang jalan. Mau ke mana dia? Tumbukan terjadi di tengah perempatan, padahal di situ ada lampu pengatur jalan yang menyala. Sedang enak-enaknya mulai menancap gas karena lampu hijau baru nyala, tiba-tiba tersentak oleh pengendara yang ujug-ujug nyelonong tanpa merasa bersalah, padahal ia mestinya saatnya berhenti karena lampu merah sudah menyala. Yang lebih menantang maut lagi, ketika pengendara sedang dalam keadaan berkonvoi, tiba-tiba tanpa menyalakan lampu zen, seorang pengendara belok ke kanan. Ada lagi, seorang pengendara dari jalan kecil tiba-tiba langsung masuk ke jalan raya tanpa tengak-tengok. Apa yang terjadi, pengendara yang berada di jalan raya langsung banting kemudi ke kanan. Demi menghindari, maut menjemput.
Kekonyolan-kekonyolan di atas sering kali terjadi. Mengapa? Sedikitnya ada dua hal. Pertama, pengendara yang melakukan kekonyolan itu tidak tahu etika berlalu lintas. Kedua, pengendara yang konyol itu belum punya jam terbang yang cukup layak. Kalau di kota-kota besar, hal itu jarang terjadi. Jadi, mereka yang sudah berpengalaman jam terbang berkendara di kota besar, tidak melakukan kekonyolan-kekonyolan.
Dua hal penyebab kekonyolan di atas dapat diminimalisasikan dengan pendidikan berlalu lintas. Entah secara formal maupun nonformal. Nyatanya, memang banyak orang yang mampu membeli kendaraan - terutama roda dua -, tetapi tidak layak untuk mengendarainya. Mereka butuh pendidikan berlalu lintas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Anda berkomentar! Komentar Anda bermanfaat bagi kami. Komentar Anda tidak mengurangi apa pun bagi Anda.

FITUR KEBAHASAAN PADA GENRE TEKS

Kaidah Kebahasaan pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA diarahkan pada pengembangan ...