Rabu, 04 Februari 2009

BBM dan Logika Ekonomi

Menjelang akhir pemerintahan SBY-Kala, banyak kebijakan-kebijakan yang memihak rakyat diluncurkan. Satu yang paling populer adalah penurunan harga BBM jenis premium dan solar. Tidak tangung-tangung, frekuensinya sampai 3 kali. Kebijakan ini diambil tentunya bukan karena "ada udang di balik batu" menjelang Pemilu, tetapi karena mengikuti perkembangan harga minyak dunia. Itu yang pasti.
Kalau ditelusuri sampai pada masa awal pemerintahan SBY-Kala, tentunya kita belum lupa akan kebijakan yang tidak populer, yaitu menaikkan harga BBM. Pada masa itu BBM melambung tidak tanggung-tanggung. Masyarakat menjerit, protes dan demontrasi ada di mana-mana. Akibat dari kebijakan itu, harga kebutuhan pokok dan lain-lain ikut melambung, padahal pemerintah belum mengeluarkan aturan kenaikan. Masyarakat aktif menaikkan sendiri harga pasar segala kebutuhan, pasar susah dikontrol.Akan tetapi, itulah logika di negeri kita. Sejak zaman baheula, jika harga BBM naik, harga kebutuhan lainnya pun pasti naik, itu lazim.
Akan tetapi, logika itu menjadi tidak berlogika (anlogika) ketika pemerintah menurunkan harga BBM. Setelah harga BBM turun mestinya secara logika harga-harga kebutuhan lainnya termasuk jasa transportasi turun. Kenyataannya, tidak demikian yang terjadi. Setelah harga BBM turun, harga kebutuhan pokok dan jasa transportasi tidak turun. Mereka bermalas-malas untuk menurunkan tarif dan harga. Mengapa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Anda berkomentar! Komentar Anda bermanfaat bagi kami. Komentar Anda tidak mengurangi apa pun bagi Anda.

FITUR KEBAHASAAN PADA GENRE TEKS

Kaidah Kebahasaan pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA diarahkan pada pengembangan ...