Syair Seorang Guru (Ayah
dan Ibu Tercinta)
Bertahan dalam
ketidakpastian
Harus memutus sebuah
pilihan
Yang kelak dapat menjadi
pijakan
Sebagai jembatan dan
titian
Berat nian hidup tak berimbang
Jauh pasak daripada tiang
Tak pernah bisa hilang
Dalam lingkar hidup mendatang
Sebuah tekad nan bulat
Sudah diputus bertimbang
kuat
Untuk tetap juang
martabat
Walau melara dan melarat
Bersama teman sejati
Tinggalkan kampung yang asri
Menuju bukit nan sepi
Demi berbakti pada negeri
Kaki lincah dan mata
lentik indah
Berpadu dalam bulat wajah
sumringah
Membuat hati sungguh
bungah
Hilangkan keluh dan kesah
Tetangga yang riang dan lapang
Penguat semangat berjuang
Hilangkan duka dan bimbang
Singkirkan angan yang menghalang
Dalam hidup jalani
profesi
Demi dapatkan sesuap nasi
Serta sepotong terasi
‘Tuk redakan gejolak
emosi
Rasa iba pada hati Sang Guru
Akan nasib anak-anak lugu
Tanpa kemudi dan sedikit ilmu
Jadilah ia tersentuh kalbu
Berat memang memupuk asa
Menuju hidup damai
sentosa
Sendiri saja seperti
merana
Harus berpikir sesama
juga
Tapi itulah hidup yang berarti
Hidup yang bisa manfaat sejati
Bagi orang lain dan diri
Senang susah sudah dijalani
Berpuluh tahun hidup
dingin
Sampai lupakan masuk
angin
Bersimpuh di bawah
beringin
Jalani sebagai orang
miskin
Tuhan mahakasih dan sayang
Nasib sang guru mulai terbang
Berkilau di cangkir membayang
Hingga membuat sedikit tenang
Mulai pikirkan anak dan
rumah
Yang selalu membuat
gundah
Yang selalu membuat
gelisah
Selalu tertunda dari
jatah
Bagaimana pun hidup harus bersyukur
Walau jauh di bukit Batur
Tapi tak pernah diukur-ukur
Karna hidup sudah diatur
Terlalu lama anak-anak
menanti
Menunggu ayah membawa
rezeki
Sebagai buah tangan yang
berarti
Penawar buluh rindu di
hati
Seperti bangau tinggi terbang
Kembali juga ke dalam kandang
Karna hari menjelang petang
Berkumpul dengan sanak kadang
Jalani hidup sisa
mengabdi
Walau tak punya medali
Sebagai bukti tlah
berbakti
Pada seluruh penjuru
negeri
Tapi itu tak pernah
terlintas
Karna terlalu asyik
dengan tugas
Dan jalani sesuatu yang
rutinitas
Tak sekalipun
ingin dipantas
Cukuplah hidup dari
pensiun
Yang ia kumpulkan bertahun
Cukup untuk membuka kebun
Hingga dendang tua
mengalun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Anda berkomentar! Komentar Anda bermanfaat bagi kami. Komentar Anda tidak mengurangi apa pun bagi Anda.