Sabtu, 04 Juli 2020

Syair Kehidupan


Syair Seorang Guru (Ayah dan Ibu Tercinta)

Bertahan dalam ketidakpastian
Harus memutus sebuah pilihan
Yang kelak dapat menjadi pijakan
Sebagai jembatan dan titian

            Berat nian hidup tak berimbang
            Jauh pasak daripada tiang
            Tak pernah bisa hilang
            Dalam lingkar hidup mendatang

Sebuah tekad nan bulat
Sudah diputus bertimbang kuat
Untuk tetap juang martabat
Walau melara dan melarat

            Bersama teman sejati
            Tinggalkan kampung yang asri
            Menuju bukit nan sepi
            Demi berbakti pada negeri

Kaki lincah dan mata lentik indah
Berpadu dalam bulat wajah sumringah
Membuat hati sungguh bungah
Hilangkan keluh dan kesah

            Tetangga yang riang dan lapang
            Penguat semangat berjuang
            Hilangkan duka dan bimbang
            Singkirkan angan yang menghalang

Dalam hidup jalani profesi
Demi dapatkan sesuap nasi
Serta sepotong  terasi
‘Tuk redakan gejolak emosi

            Rasa iba pada hati Sang Guru
            Akan nasib anak-anak lugu
            Tanpa kemudi dan sedikit ilmu
            Jadilah ia tersentuh kalbu

Berat memang memupuk asa
Menuju hidup damai sentosa
Sendiri saja seperti merana
Harus berpikir sesama juga
            Tapi itulah hidup yang berarti
            Hidup yang bisa manfaat sejati
            Bagi orang lain dan diri
            Senang susah sudah dijalani

Berpuluh tahun hidup dingin
Sampai lupakan masuk angin
Bersimpuh di bawah beringin
Jalani sebagai orang miskin

            Tuhan mahakasih dan sayang
            Nasib sang guru mulai terbang
            Berkilau di cangkir membayang
            Hingga membuat sedikit tenang

Mulai pikirkan anak dan rumah
Yang selalu membuat gundah
Yang selalu membuat gelisah
Selalu tertunda dari jatah

            Bagaimana pun hidup harus bersyukur
            Walau jauh di bukit Batur
            Tapi tak pernah diukur-ukur
            Karna hidup sudah diatur

Terlalu lama anak-anak menanti
Menunggu ayah membawa rezeki
Sebagai buah tangan yang berarti
Penawar buluh rindu di hati

            Seperti bangau tinggi terbang
            Kembali juga ke dalam kandang
            Karna hari menjelang petang
            Berkumpul dengan sanak kadang

Jalani hidup sisa mengabdi
Walau tak punya medali
Sebagai bukti tlah berbakti
Pada seluruh penjuru negeri
           
Tapi itu tak pernah terlintas
Karna terlalu asyik dengan tugas
Dan jalani sesuatu yang rutinitas
Tak  sekalipun  ingin dipantas           

Cukuplah hidup dari pensiun
Yang ia kumpulkan bertahun
Cukup untuk membuka kebun
Hingga dendang tua mengalun.

(Babakan, 4 Juli 2020, untuk Ayahku tercinta Datam dan Ibuku tercinta Sumarmi Rahimahullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Anda berkomentar! Komentar Anda bermanfaat bagi kami. Komentar Anda tidak mengurangi apa pun bagi Anda.

FITUR KEBAHASAAN PADA GENRE TEKS

Kaidah Kebahasaan pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA diarahkan pada pengembangan ...