Salah satu keindahan karya sastra terletak pada konflik yang terjadi di dalamnya. Sebuah novel yang panjang dapat hidup karena konflik-konfliknya. Konflik atau masalah itu akan berjalan, berkembang, lantas memuncak pecah pada klimaks. Dalam perjalanan cerita, konfliklah yang membuat pembaca atau penonton tertarik untuk mengikuti cerita lebih lanjut. Pembaca bertanya-tanya bagaimana kelanjutan atau solusi dari konflik itu. Kreatifitas membuat konflik dan memperpanjangnya menjadi cerita yang menarik harus dimiliki oleh para penulis fiksi. Salah satu cara memperpanjang konflik adalah dengan memunculkan "amnesia" pada seorang tokoh.
Amnesia atau penyakit lupa rupanya benar-benar dijadikan materi yang dapat digunakan untuk memperpanjang konflik sebuah cerita. Misalnya, Dua orang tokoh yang hendak dipertemukan karena sudah lama tidak bertemu. Akan tetapi, salah satu tokoh terserang amnesia. Lantas, pertemuan mereka tidak membuahkan hasil. Konflik baru pun muncul.
Memperpanjang konflik dengan cara mengetengahkan "amnesia" banyak dijumpai pada sinetron di televisi swasta. Sebuah sinetron dapat menayangkan sampai beratus-ratus episode sampai-sampai konfliknya bercucu dan bercicit sehingga seolah-olah cerita konfliknya tiada akan berakhir. Penyiksaan terhadap tokoh protagonisnya begitu panjang. Karena tuntutan panjangnya episode, dibuat-buatlah sesuatu yang dapat memperpanjang konflik. Salah satu materi klasik adalah "amnesia". JIka Anda penulis fiksi, apakah Anda akan meniru gaya klasik itu?